i.k.h.l.a.s

Sebuah perbincangan tentang bagaimana melakukan perubahan karakter dari sebuah individu yang enggan untuk beranjak dari titik berpijaknya. Mungkin sebuah pengharapan sudah entah berapa kali diuraikan. Mungkin keraguan masih hadir dalam pengharapan yang diajukan. Hingga kemudian, tak ada titik berpendar pada karakter yang membatu. Ikhlas menjadi sebuah pertanyaan. Apakah ia ada?

Tanggung jawab itu berhenti pada sebuah titik dimana perubahan fisik telah berjadi. Segala beban telah dihentikan pula, agar tak menjadi sebuah penghambat pada jalan menuju yang diimpikan. Lalu kemudian, menengok ke belakang, dan tetap berupaya untuk menjaga, agar kemudian sesuai yang diharapkan, hanya akan melahirkan sebuah kekecewaan. Usai sudah periode bertanggung jawab itu. Ikhlas menjadi sebuah pilihan. Apaka ia ada?

Hari ini kembali harus melampaui awan. Berupaya untuk melepaskan segala yang hingga saat ini berada pada titik yang tak pernah diperjelas. Ketakutan bisa jadi. Ketika pun tak ada lagi keinginan untuk melanjutkan perjalanan sebelumnya. Hanya hangat yang harus terus dijaga hingga mampu melampaukan masanya, harus tetap dijaga dan diberikan arah menuju. Merelakannya berada pada sebuah kawah yang tak akan membentuk karakter terbaiknya, adalah sebuah jalan agar kemudian menemukan jalan yang sebenarnya. Cukup dengan menyampaikan pengharapan, yang pada waktunya menemukan keyakinan. Ikhlas menjadi sebuah cara. Apakah ia ada?

Waktu ini. Saat biru langit menjadi berselaput awan menghitam. Pada jemari yang tak ingin digenggamkan. Hanya sekeping rasa yang selalu berupaya dihembuskan. Ketidakyakinan itu telah membelenggu kebahagiaan. Peta jalan baru yang telah dilukiskan, serta imaji tentang segala yang pernah digambarkan bersama. Garis itu tak selalu lurus. Pun tak selalu pena menorehkan tintanya. Ikhlas menjadi sebuah pintu. Apakah ia ada?

 

:160707.1503:diantara langit tempat meteorit itu bermukim