Dialog dalam gua
Berbincang tentang karst dengan dosen teknik mineral yang berahli bencana, menggambarkan bahwa masih ada profesi yang belum memiliki pengakuan secara akademik, speleologi maupun karst. Maka ketika ada yang berujar “saya ahli karst” masih harus diragukan kebenarannya. Secara keilmuan, karst menjadi pengetahuan sampingan, walaupun kemudian telah ada peneliti yang mengkhususkan pada karst. Dan kembali, lingkarannya sangat kecil di negeri ini.
Namun, satu pesan kecil yang disampaikan beliau, “Peradaban penghancuran Kalimantan sedang masuk pada periodeisasi baru, industrialisasi gamping/kapur“. Bahwa benar indonesia telah surplus semen, namun secara internasional terjadi defisit. Dan industri di China beberapa sudah ditutup dan mulai bertahap mengalihkan investasinya ke Indonesia.
Ini juga menjawab kenapa begitu kerasnya perjuangan Samin melawan Semen. Pun sebenarnya terjadi penghancuran di Maros. Berikutnya pertarungan akan terjadi di sepanjang Sangkulirang-Mangkalihat, yang hanya menyisakan 300ribuan hektar karst dibanding jutaan hektar hamparan gamping.
Mempertahankan karst merupakan pertahanan terhadap peradaban sungai di Kalimantan. Ada banyak cerita dibaliknya. Muli dari tapak tangan di gua kapur, penyelamaran aset Martadipura ketika dimusnahkan kerajaan lain (ini mengapa tak ada catatan terhadap peradaban kerajaan dari 500M hingaa 1500M), hingga pada peradaban orangutan yang bertinggal di gua karst, bahkan kehidupan pertarungan ekonomi sarang walet, yang sangat keras dan penuh pertarungan.
Secara sederhana, beliau berpesan, “Gerakan Karst harus segera bergeliat, sebelum kemudian Kalimantan semakin terpuruk“. Bagaimana kemudian Masyarakat Speleologi Indonesia menjadi hub bagi pengetahuan di dalamnya. Dan pada titik inilah kemudian bertemu rantai yang hilang, mengapa kemudian advokasi keruangan provinsi ini bertumpu pada urusan karst dan mengabaikan keanehan dalam penataan ruang, dengan adanya pola ruang khusus di dalamnya.
Setidaknya, saya sudah berikan satu titik masuk, bila ingin memenangkan pertarungan di dalam tata ruang. Dan dengan sederhana, pertarungan itu bakal dimenangkan. Hanya saja, menjadi penting untuk mempersiapkan penutup bagi ketidaksiapan terhadap celah lain yang juga dinantikan oleh penghisap kekayaan alam Kalimantan.
Bukan semata menjadi artis dan populer tanpa dampak, perubahan itu harus diwujudkan. Dengan cara yang lebih elegan dan berenergikan justifikasi keilmuan yang benar, dengan beragam rumpun ilmu di dalamnya.
Leave a Reply