Foto Anak: Biarlah Mereka yang Berbagi #PrivasiKita
Memang menarik berbagi foto atau video anak di media sosial itu… Demi apa? Agar dunia tau apa yang berlangsung? Supaya bisa narsis? Siapa yang narsis pun. Media sosial mendorong setiap pengguna untuk berlomba-lomba untuk mengunggahkan konten, termasuk konten foto ataupun video. Dan bahkan, yang berisikan wajah ataupun aktivitas anak.
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. (UU No. 35 tahun 2014)
Semakin banyak kejadian yang bermunculan yang menggunakan foto ataupun video anak di media sosial. Mulai dari penculikan, pornografi anak, hingga pedofilnet. Sebagian besar kejadian tersebu disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah publikasi konten oleh orangtua, dan kedua adalah karena ketidaktahuan anak terhadap publikasi konten yang dia lakukan.
Lalu, bagaimana agar tetap dapat berbagi kebahagiaan? Yang terpenting adalah pastikan bahwa tidak menampilkan wajah anak dengan sebenarnya. Hindarkan untuk berbagi lokasi, baik lokasi pengambilan gambar ataupun lokasi berbagi konten. Pun pastikan tidak serta merta membiasakan selalu berbagi dengan konsisten. Bagilah mana konten yang perlu dibagikan.
Terhadap foto dan video anak, simpanlah secara private. Buatlah akun yang private, dimana hanya keluarga saja yang terhubung dengan akun tersebut. Walau ini juga tak terlalu aman, tapi setidaknya ini menjawab bilamana ragu dapat menjaga dokumentasi di perangkat digital sendiri. Selanjutnya, biarlah mereka menentukan mana yang akan dia share, disaat dia paham dan telah berpengetahuan cukup.
Kepada anak yang sudah memperoleh gadget atau perangkat digital yang terhubung dengan jejaring internet, lakukanlah pendampingan. Bertemanlah di media sosial dengannya. Ajaklah berdiskusi dan bercerita tentang siapa saja teman mereka di media sosial tersebut, dan apa interaksi yang mereka lakukan. Sesekali penting untuk membaca secara bersama pesan pribadi yang dikirimkan ke mereka, dengan persetujuan anak tentunya. Ini dalam upaya menjaga bilamana ada predator yang mengincar anak.
Menyadarlah bahwa ada ancaman yang dibentuk setelah mempublikasikan foto dan video anak di media sosial itu. Pelaku kejahatan online selalu berupaya untuk memanfaatkan media sosial, sebagai media perantara berlaku kejahatan. Para penculik hingga predator online, selalu berupaya memetakan mangsanya dengan baik, dan itu melalui media sosial.
Sebagian besar kejahatan juga dipicu atas postingan calon korban di media sosial. Maka pun, mulailah peduli dengan privasi, dan kendalikan privasi anda. Berbagilah hal-hal yang memang layak dibagikan secara publik. Dan jauh lebih baik berbagi tentang pengetahuan ataupun tips dan trik tertentu. Ataupun memanfaatkan media sosial sebagai jembatan untuk berbisnis.
Leave a Reply