ini mahal

.. tapi susah menyajikannya. ini mahal… ” begitulah ungkapan penyedia sajian kepada saya. Ini bukan kali pertama saya memperoleh respon serupa. Pada beberapa jenis layanan maupun barang, kerap saya memperoleh respon yang sama, ketika bertanya tentang harga sebuah produk atau barang. Entah mengapa. Bisa jadi memang karena dipandang bahwa saya bukanlah orang yang akan mampu menjangkau harga barang ataupun layanan yang diberikan.

Saya bukan orang yang cukup mampu dan memiliki tabungan berlimpah. Namun saya selalu berupaya membeli ungkapan-ungkapan serupa itu. Ketika dipandang bahwa ada ketidakmampuan seseorang, maka saya berupaya untuk menjawabnya dengan sederhana, “saya ambil“. Sebuah hal yang buruk kemudian, karena tak lagi bersandar pada kebutuhan.

Cara pikir sederhana yang dihasilkan oleh gerak otak adalah selalu memandang bahwa setiap orang tak punya cukup kemampuan dari yang dibayangkan. Pun ketika belum pernah menyaksikan kemampuan dan kapasitas orang tersebut. Padahal, bisa jadi sebenarnya mereka memiliki kapasitas dan kemampuan yang sangat lebih dari yang dilihat pada sisi yang terlihat.

Setiap kita punya kapasitas. Hanya terkadang ada yang masih belum punya cukup keberanian untuk menyajikannya. Entah karena tak ingin menampilkannya, ataupun karena memang selalu merasa masih dalam proses pembelajaran. Hanya saja, terkadang ini yang menutupi perkembangan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki. Beranilah untuk menyampaikan kapasitas yang dimiliki, dengan keterbatasannya tentunya. Agar dapat mencapai lompatan pembelajaran pada fase berikutnya.

Kemaren, ketika saya berada di sebuah kafe di kota ini, saya sedang ingin merasakan sensasi berbeda dengan kopi yang disajikan. Lalu kemudian saya menanyakan bila memungkinkan untuk memperolehnya. “Kami memang tak mengkhususkan pada itu, namun kami akan mencoba menyajikannya.“, begitu ujar sang pemilik. Dan kemudian, ketika disajikan, hasilnya sangat bukan biasa. Dia berhasil memberikan yang saya harapkan. Keinginan untuk memberikan yang terbaik, merupakan jalan menemukan hasil yang luar biasa.

Dan memang, tak terlalu banyak orang yang selalu berupaya untuk menemukan hal yang baik. Tak lagi menghitung berapa besar kepingemas yang akan dipertukarkan. Karena pada tingkatan tertentu, manusia sudah tak lagi berpikir tentang materi yang harus terus ditumpuk. Mencari relung kepuasan dengan caranya sendiri, yang kadang tak pernah bisa dinalarkan. “ini mahal“, cobalah untuk menghindarkan kalimat ini dimunculkan bagi saya. Mahal atau murah adalah sebuah nilai yang tak ada referensi tetapnya.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.