pada benih biji itu

tebar..

tebarkanlah benih itu

dan biarkan tanah lembab melingkupinya

agar tumbuh tunas baru yang menyegarkan

 

tanam..

tanamlah biji itu

dan biarkan remah serasah perlahan menutupnya

agar tunbuh pohon baru yang menghidupkan

 

tak perlu menunggu apa yang akan dihasilkannya

tak usah menanti indah warna ragam bunga yang memekarnya

tak butuh tahu seperti apa manis asem pahit buah yang digelantungkannya

tak harus ada yang diharapkan uang yang mungkin juga rak pasti ada

 

bungapun tak resah saripatinya dihisap hingga  menjadikannya buah

sapipun tak gelisah kolostrunnya disedot hingga anaknya tak menikmati

babipun tak gundah memakan segala agar membersihkan racun lantai hutan walau ia menjadi kata caci

 

rela..

relakanlah apa yang telah beranjak dari hartamu

iklhas..

iklhaskanlah ilmu yang telah menyebar dari akalmu

lepas..

lepaskanlah harapmu dari setitip harap pertukaran yang setara

biar..

biarkanlah kebahagiaan tak menutupkan sedih sepimu

 

teruslah belajar pada pusaran waktu peradaban

lanjutlah berbagi pada sesiapa yang haus ilmu kehidupan

tetaplah bergerak pada imaji yang telah menguatkan jiwa

lupakanlah pada kekecewaan yang pasti berulang dan bersulang di hirukpikuk yang berlangsung

 

tepuk tangan tawa ceria lupakanlah

caci cemooh kesedihan nikmatkanlah

kau tak butuh bahu untuk bersandar

kau tak perlu usap untuk berlega

kau tak ingin hati yang mendengar

kau tak harap jiwa yang menghangatkan

 

pada benih yang ditebar

pada biji yang ditanam

tersenyumlah karena itu bahagiamu

 

::membeku tanpa tanya

[160708~15]

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.