bergerak dalam hening
“aksi-aksi itu sekarang hanya menjadi panggung selfie“. Ya, mungkin ini kejenuhan saya. Kegagalan untuk menemukan arah perubahan yang diharapkan. Ketika sebagian parade yang dilakukan, hanyalah berakhir pada sebuah parade. Setelah itu, melupakan apa yang baru dilakukan. Amnesia. Sehingga kemudian pada tindak keseharian, kembali pada default. Selalu ada jalan baru untuk mendorong lahirnya sebuah perubahan. Pengisian
ini mahal
“.. tapi susah menyajikannya. ini mahal… ” begitulah ungkapan penyedia sajian kepada saya. Ini bukan kali pertama saya memperoleh respon serupa. Pada beberapa jenis layanan maupun barang, kerap saya memperoleh respon yang sama, ketika bertanya tentang harga sebuah produk atau barang. Entah mengapa. Bisa jadi memang karena dipandang bahwa saya bukanlah orang yang akan mampu
Digital Stone Age
Bumi berputar. Matahari berputar. Segala berputar. Entah pada porosnya, entah pada orbitnya. Tak ada yang tetap berada pada satu titik. Akan ada perjalanan pada titik kembalinya. “Kita sedang kembali ke jaman batu“, ujar beberapa orang hari ini. Trend-trend dibangun atas kesadaran yang menggerakkan alam ketidaksadaran. Ketika kemudian sebuah tampilan menjadi sebuah trend, lalu sebagian besar
memaknakan kata pengharapan
Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan, doa itu adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Namun bagi saya, doa itu lebih pada sebuah upaya meletakkan kata dan kalimat di dalam penggerak hari. Doa bukanlah sebuah pujian, doa bukanlah sebuah permintaan, doa bukanlah sebuah harapan. Doa hanyalah kata. Doa sekadar sebuah sugesti yang direkatkan agar kemudian tubuh