Praktik Intuisi Teori
Sadar saja, ketika pertama kali membuka mata, mendengarkan bebunyian pada gendang telinga, merasa rabaan kulit, menghirup aroma di penciuman, hingga mengintuisikan masa pada naluri, sedang ada teori yang di pertentangkan. Denyut informasi yang terbangun, membentuk teori itu. Pun kemudian praktik berlangsung. Tak ada praktik tanpa teori. Pun teori berbangun dari praktik. Siklusnya dipengaruhi pada lingkungannya
Mesin Kasir
Pernah satu waktu, ketika diminta berhitung, sekejap ia beranjak dan menuju sudut ranjang. Lalu sibuk sejenak dan berbalik dengan menyebutkan hasil perhitungannya. Ternyata ia menggunakan mesin kasir mainan untuk berhitung. Tersadar kembali ketika berada di sebuah kasir pada cafe. Begitu ditanya harga yang harus dibayar, sang kasir langsung menghitung menggunakan mesin kasir serupa. Bahwa sebuah
Mahalabiu Pagi
Seorang pejabat memberikan bantuan pada sebuah kelompok atas nama pribadi. Lalu seorang yang pernah bekerja dengannya menampakan wajah yang penuh tanya. Berulang dia menanyajan apa yang dilakukan pejabat itu. Saia belum mampu menangkap intonasi wajahnya, raut muka itu antara bertanya dan berupaya meyakinkan, serta penuh pertanyaan. Saia sampaikan padanya,”Iya, harusnya dia dapat berbuat lebih sebagai
Pancake
“Pancakenya enak,” ujarmu sambil menyorongkan piring yang telah berisi setengah potong pancake yang di atasnya nemplok es krim dan seutas dedaunan. Rasanya sesuai pancake. Level lembutnya masih belum pas. Enak? Iya, namun masih berasa ada yang belum tepat ketika berpadu dalam rongga mulut. Rasa itu terletak pada ujung syaraf. Setelahnya, akan serupa. Pada kuliner, dengan
Generasi VLog
Satu sore, ia meminta untuk diambilkan gambar, “bikin video yah“. Tanpa pencahayaan dan kelengkapan lain, proses pengambilan gambar dimulai. Lalu dengan lugas, ia mulai menjelaskan cara membuat squizy, dari tahap awal sampai dengan memberikan jeda agar lem yang digunakan bisa mengering sedikit. Saia harus menghentikan pengambilan gambar ketika ia berujar,” … kita tunggu tiga menit