
Industri Hilir
Ada sebuah kata kunci pencarian yang mencungul “Mengapa Kaltim tidak mengolah sendiri hasil perkebunannya?“. Mungkin ini jadi pertanyaan yang paling tidak sering diajukan. Kaltim masih sangat melimpah sumber daya alam langsung yang dapat menghasilkan uang dengan lebih cepat. “Ngapain sibuk-sibuk mengolah kalau bisa dapat uang secara langsung?” Pertanyaan pernyataan ini menjadi sebuah jawaban atas pertanyaan
otak kelapa
semakin meninggi, pepohonan kelapa itu semakin bergoyang, walau tak jua tetiba merunduk menyentuh tanah. akar-akarnya semakin tua akan semakin merapuhkan. hingga pada waktunya tak lagi sekadar merunduk, namun terjerembab membeku di sela pasir yang menghangatkan. Entah mengapa belakangan saya sudah tidak tertarik lagi untuk menguraikan mimpi-imaji yang selama ini terbangun. Tentang sebuah pusat pembelajaran yang
no blank spot
“Kaltim No Blank Spot 2018” begitulah slogan yang diletakkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur dalam beragam acara yang mereka gelar. Di tahun 2015, sekitar 2 miliar rupiah disiapkan untuk membangun 9 tower telekomunikasi. Entah apakah kemudian target menghilangkan blank spot itu akan tercapai di tiga tahun mendatang, ataukah masih akan hanya menjadi

sekat belajar
“bisa jadi pemateri?” “bisa jadi narsum?” Sudah lama tak mendengar ini. Ketika ada kelompok yang ingin belajar, lalu mengambil pilihan untuk membuat sebuah acara berkumpul, dengan layar terang, penyorot lampu, dan tayangan kata dan gambar disajikan. Berharap akan ada pengetahuan yang dialirkan. Pola 1.9 dalam proses belajar. Sore ini saya berbicang via pesan singkat. Sama

Samarinda dan Kopi
Saya bukanlah seorang perasa kopi yang baik. Saya juga bukanlah seorang yang menjadikan meminum kopi sebagai sebuah aktivitas rutin harian. Hanya pada penyedia segelas kopi tertentu, saya akan meminumnya. Maka kemudian, tak terlalu cukup pengetahuan saya untuk mengulas bagaimana kopi itu memiliki rasa yang luar biasa. Kecuali memang, ketika lidah dan rongga mulut saya menyatakannya