bahasa bodoh
Penggunaan bahasa sudah semakin menuju ruang baru. Butuh penerjemahan yang baru terhadap model baru pembahasaan yang digunakan. Berubahnya pola pembelajaran bahasa, membawa kita pada model-model bahasa yang inginnya baku, malah menjadi membeku. Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang disempurnakan, bisa jadi tak pernah lagi menjadi rujukan. Hasilnya semakin ‘sakit’ membaca tulisan-tulisan
Pendidikan #Orangutan
Sore menjelang. Pada meja kuliner yang hampa. Akhmad Wijaya atau @taman_galih berceloteh tentang morfologi farmakologi hutan. Satu cabang ilmu ngawurologi yang menempatkan pendekatan morfologi atau bentuk fisik, warna dan kenampakan tumbuhan terhadap pengiraan faedah penyembuhan yang dapat diberikannya. Ada ciri atau pola yang dapat ditemukan dari tetumbuhan, untuk kemudian menemukan manfaat yang mungkin dikandungnya. “Disitu
Menumpang Gerakan
Satu hal yang patut dimaklumi, ketika gerakan menumpang semakin masif. Karena menjadi perintis merupakan bagian yang paling tersakitkan. Apalagi pada hutan sekunder. Duri-duri terong hutan bisa hadirkan meriang. Pun pulau-pulau semak memberikan hambatan pada langkah. Bila jalan sudah usai dirintis, maka pun mulai menjadi nyaman dalam menikmatkan perjalanan. Lalu pun dapat menyanyikan “kiri-kanan kulihat saja,
Etat yang Tak Ketat
Etat. Atau lebih dikenal dengan Annual Allowable Cut atau Jatah Tebangan Tahunan merupakan sebuah ukuran dalam skala luas dan/atau volume yang menjadi batasan bagi produksi sebuah unit pengelolaan hutan. Lalu kemudian Jatah Produksi Tahunan dapat dihitungkan. Perhitungan etat luas, dihitung berdasarkan luasan areal pengelolaan dibagi dengan daur panen. Perhitungan etat volume, dihitung berdasarkan volume tegakan
Badak mati meninggalkan cuitan
Kematian Najaq, badak yang kabarnya terkena jerat dan berhasil dijerat untuk dilepaskan jeratnya. Tidak lebih dari satu bulan, satuan waktu dimana Badak liar dapat mengelola dirinya agar bertahan hidup, sejak telah berhasil masuk perangkap yang dibuat untuk menangkapnya. Dan kemudian ramailah ranah perbadakan. Lalu kemudian munculah sebuah ungkap berikut: hanya, matinya mereka di saat berada