Andoolo
“Andoolo itu artinya hutan. Dulu disini juga hutan semua. Sekarang sudah jadi ibukota kabupaten” ujar staf pemerintahan Konawe Selatan.
Di Kabupaten yang sebagiannya terdapat Taman Nasional Rawa Aopa, yang merupakan situs Ramsar, sudah mulai menggeliatkan pembangunannya. Udara yang tak bertemperatur rendah disini, seperti selalu menghadirkan hangatnya kehidupan. “Di pusat pemerintahan situ, bisa serasa terbakar kita pak” ujar staf lainnya.
Kabupaten ini sedang belajar dari sisi bencana. Berdiskusi dua tapisan, untuk membaca bencana kabupaten. “Tak perlu buat rencana tanggap darurat, toh kita tak sama dengan di Aceh” sahut seorang peserta diskusi. Secepatnya respon diucapkan yang lain, “Walau tak sama, kan tetap saja ada korban saat bencana banjir kemaren. Kita perlu itu.”
Walaupun sebagian peserta diskusi tinggal jauh dari ibukota dan beberapa tinggal di inukota provinsi, sejauh 90 menit menggunakan kendaraan, mereka ramai memperbincangkan kondisi kabupatennya. Bencana menjadi sebuah pintu masuk untuk bicara beragam sektor pembangunan. Local Urban Indicator (LUI) dan 71 indikator program prioritas penanggulangan bencana nasioanal, mengajak multi-pihak untuk melihat gambaran ketangguhan kabupaten dan warganya.
Pun sektor kesehatan, lingkungan hidup, kehutanan, pertanian, ketahanan pangan, tata ruang, pendidikan, hingga kepolisian, menjadi pihak penting dalam membaca kabupaten. Juga terhadap kelompok masyarakat adat, perempuan dan miskin, menjadi hal yang harus dipertimbangkan. Soal adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pun menjadi topik yang mengikut.
Belajar dari 11 Kabupaten/Kota di 3 Provinsi ini mempertemukan pola yang bisa direplikasi dalam memperbincangkan masa depan warga. Tak semata melihat satu sisi, namun seluruh sisi papan catur harus dibaca. Gerak satu sektor akan mempengaruhi langkah sektor lain.
Sisi menarik lainnya adalah cerita buah. “Harusnya bulan 4 akan panen besar durian”, ujar kawan di Maluku Tengah. “Ini sudah waktunya panen langsat, tapi tahun ini tak kunjung berbuah”, ujar kawan di Konawe Selatan. “Sesekalilah minum kopi di lereng Kelud,” ujar kawan di Kabupaten Blitar. Dan kuliner Kupang, Kikil, Sego Sambel Iwak Pe, Pecel, hingga Rica dan kuah kuning, menjadi proses menemukan dan mempertemukan.
Setelah ini lalu apa? “Kami akan jadikan ini sebagai indikator pengukuran wilayah kami,” ujar Bappeda Konawe Selatan dan Kabupaten Malang. Begitulah saja. Bahwa berteori itu tak selalu penting, namun sejatinya memberikan warna pengubahan yang lebih komprehensif.
Related
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
aksi alam banjir banjirsmr belajar budaya bukadata cerita kota ekonomi enterpreneurship hutan ide informasi publik internet kampus kebebasan berekspresi keterbukaan informasi konservasi kopi kota cerdas mahakam media sosial mesin pencari musrenbang next pantjasila pendidikan permainan perubahan iklim pokemon politik praktik privasi PrivasiKita REDD safenet samarinda sampah smart city smartcity startup tambang teori UU ITE wirausaha
Leave a Reply