Belajar Memancing
memancing /me·man·cing/ v 1 menangkap ikan dengan pancing; mengail; 2 ki memberikan sesuatu untuk memikat orang lain sehingga dapat memperoleh apa yang diinginkannya; 3 ki mengadakan provokasi supaya terjadi perkelahian (pertempuran, permusuhan, dan sebagainya); 4 ki menuangi air (bensin) pada pompa supaya air (bensin) dapat keluar; 5 ki mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan keterangan atau data yang diperlukan:; 6 ki menjebak dengan umpan untuk mendapatkan keuntungan bagi pihaknya; [KBBI]
Sudah empat trip memancing yang dilakukan di tiga lokasi, di seputaran Delta Mahakam, di Muara Siran dan di Birah-birahan hingga Pulau Miang. Tiga lokasi yang berbeda dengan karakteristik air dan ikan yang berbeda. Setiap tempat punya keunikan dan harapan yang berbeda.
Delta Mahakam, kawasan di muara Sungai Mahakam ini merupakan hamparan mangrove yang sebagian besar sudah berkonversi menjadi tambak, permukiman dan industri migas. Pada beberapa lokasi menjadi tempat perhentian bagi angkutan batubara untuk mengistirahatkan ataupun memindahkan muatan. PDRB Kaltim terbangun dari kawasan ini, pun sejarah penjajahan berawal pada kawasan ini. Minyak bumi dan gas alam, adalah komoditi utama dalam perang dunia.
Muara Siran, kampung di sungai Kedang Kepala dan berada di sekitar Kenohan Siran, merupakan wadah persinggahan bagi Pesut Mahakam untuk rehat, bermain dan mencari makan. Kawasan gambut yang berada di kampung ini, merupakan tempat berbiak bagi ragam ikan air tawar, mulai biawan, pepuyu, hingga patin dan teman-temannya. Kampung ini hidup dari perekonomian perikanan, yang bila terjadi banjir, maka itu menjadi anugerah bagi nelayan kampung ini. Harga ikan turun drastis, namun penghasilan nelayan berlimpah, karena jumlah yang ditangkap menjadi berlipat ganda. “Biasanya saya kirim 2 ton ikan asin setiap minggu ke Kota Bangun,” ujar seorang pengumpul.
Pulau Miang hingga Birah-birahan, berada di selat Makassar pada timur Kabupaten Kutai Timur. Berada berhadapan dengan Kawasan Industri Maloy, dan beberapa pelabuhan batubara. Pulau Birah-birahan merupakan salah satu lokasi pendaraan penyu, dan menjadi areal konservasi perikanan. Walaupun, ahli waris pulau masih bertinggal disana untuk menjaga pulau tersebut. Hamparan karang masih menjadi tempat yang memastikan keberadaan ikan-ikan karang.
Ada hal yang menjadi lebih penting dalam belajar memancing. Julak Tapai berujar “apa yang menjadi harapan, belum tentu bisa didapatkan pada setiap lokasi memancing“. Beberapa hal lain yang menjadi pembelajaran memancing hanyalah:
- Berlebih itu lebih baik. Selalu yakini bahwa umpan yang tersedia itu mencukupi hingga akhir sesi memancing. Lebih baik membawa umpan berlebih, daripada kemudian kehabisan umpan dan perjalanan belum usai. Menjadi sukar untuk menakar, apakah umpan bisa kurang, cukup ataupun berlebih, karena perilaku memasang umpan bagi setiap pemancing selalu berbeda. Apakah akan membuang-buang bila masih banyak tersisa umpannya? Masih ada wajan dan panci yang siap menampung sisa umpan, setidaknya, masih ada kucing yang menantikan santapan dengan sabar di depan pintu.
- Pastikan penunjuk arah yang benar. Tak ada kepastian tentang arah menuju, kecuali oleh mereka yang biasa menuju. Percayakanlah arah pada orang yang tepat. Jangan sampai kemudian ada pertanyaan, “Kemana lagi kita?” Bila ada pertanyaan itu, maka segera pulang, bila tidak ingin tersesat. Walau kemudian selalu ada opsi yang diberikan oleh penunjuk arah. Pastikan bahwa arah yang dituju sesuai dengan kemampuan. Hindari bertarung dengan ombak samping, karena yang biasa di laut pun akan tak mampu menikmati memancing dengan ombak samping.
- Naiki perahu yang tepat. Jangan sekali-kali memilih perahu yang nyaman, namun kemudian tidak sesuai. Besar perahu tak menunjukkan besarnya hasil. Biarpun dipaksa, tak akan mampu perahu besar masuk pada anak sungai yang kecil. Pun tak akan ada perahu penyeberangan yang beranjak menuju hamparan karang, walaupun muara telah terlihat dari kejauhan.
- Gunakan alat yang tepat. Ada ragam jenis alat pancing. Mulai dari joran berharga biasa sampai luar biasa, reel yang memuat sedikit hingga banyak, hingga klontang yang menjadi pilihan termurah. Pun percayakanlah pada yang memang biasa memancing, jangan abaikan sarannya. Kesalahan alat menyebabkan manyun di lokasi pemancingan. Hingga kemudian ada yang berbaik hati meminjamkan perangkatnya. Selalulah membawa berlebih, karena tak ada yang tahu apa yang akan dihadapi ketika di lokasi.
- Belajarlah dari pengalaman. Pada beberapa kapal pemancing, biasanya tersedia fish finder, sebuah alat yang mendeteksi benda yang berada di bawahnya. Ini bisa menjadi indikator awal, namun tak selalu menjadi kepastian. Pengalaman melakukan jauh lebih memberikan makna tentang proses dan cara yang digunakan. Jerujut ikan, umpan yang habis, hingga ukuran ikan yang diangkat dibanding bandul pemberat, hanya bisa dirasakan bilamana telah mengalami prosesnya. Dan jangan lupakan, bahwa arus air itu selalu membawa ragam. Berat bukan berarti selalu ada ikan yang melahap mata kail, bisa jadi itu karang ataupun kayu yang menyangkutkan.
- Segala itu bergerak. Tak ada ikan yang berada di tempat yang sama. Ikan selalu berenang dan berpindah sesuai dengan perilaku dan kebiasaannya. Perbatasan air putih dan hitam, belum selalu menjadi penanda. Karang yang memanjang hingga menjulang, belum selalu menjadi tempat yang tepat. Lokasi yang tepat untuk memancing hanyalah di kolam yang berisi ikan yang lapar. Selebihnya, selalu hanya berupa indikasi akan ada ikan yang naik ke permukaan.
- Hindari meminta gancu sebelum ikan terlihat. Gancu adalah alat bantu berupa pengait, yang akan membantu mengangkat ikan ke kapal. Penggunaan gancu hanyalah pada ikan-ikan yang tak mampu diangkat oleh joran. Kalaupun meminta bantuan gancu, pastikan ikan yang diangkat memang tidak mampu lagi diangkat dengan joran maupun benang. Dan juga pastikan ada ikan yang diangkat. Kalau tidak, maka akan berdampak pada kisah panjang selama tiga bulan.
- Pastikan berdandan. Berdandan itu penting, begitu ujar para pemancing senior. Setidaknya menggunakan pelindung sinar ultraviolet yang akan memerahkan kulit. Tak terlalu penting bagi sebagian, namun bila kulit sudah mengelupas, maka rasakanlah kenikmatan berjemur di bawah matahari itu.
- Jangan menghitung untung. Tak ada nilai keuntungan ekonomi dalam memancing. Biaya memancing cenderung lebih besar dibandingkan pendapatan hasil memancing. Kecuali sebagai nelayan, maka penting untuk mempertimbangkan laba-rugi dalam memancing. Sebagai pemancing bersenang-senang, hindari berpikir kembali modal. Apalagi kemudian memberikan tanda pada setiap ikan yang ditangkap, dengan mencongkel mata ataupun memotong buntutnya. Pasti dihindari diajak pada trip berikutnya. Keuntungan terbesar memancing adalah kisah panjang berulang.
- Hindari mempercayai cerita pemancing. Ini bagian terpenting dalam memancing. Cerita-cerita para pemancing adalah cerita yang telah mengalami alunan ombak maupun teriknya matahari. Akan ada bumbu yang ditambahkan, agar menjadi lebih nikmat. Sebaiknya tidak mempercayai cerita pemancing, sehingga menjadi penting ikut dalam perjalanan para pemancing. Setidaknya, akan memperoleh cerita dari sisi berbeda, yang pastinya akan lebih menarik, dibandingkan hanya membayangkan cerita yang tak mudah dibayangkan.
Makapun, setelah membaca semua di atas, penting untuk memahami lebih dalam, bahwa belajar memancing bukanlah semata untuk menjadi pemancing. Namun untuk lebih mampu membeli alat pancing. Ataupun untuk sekedar belajar membangun cerita serupa pemancing. Pun lebih penting, setelah membaca kisah pemancing, resapi dan rasakan, ini bagian dari point kesepuluh dari pembelajaran memancing. #GituSih .-.
Related
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
aksi alam banjir banjirsmr belajar budaya bukadata cerita kota ekonomi enterpreneurship hutan ide informasi publik internet kampus kebebasan berekspresi keterbukaan informasi konservasi kopi kota cerdas mahakam media sosial mesin pencari musrenbang next pantjasila pendidikan permainan perubahan iklim pokemon politik praktik privasi PrivasiKita REDD safenet samarinda sampah smart city smartcity startup tambang teori UU ITE wirausaha
Leave a Reply