Claim
Entah apa dan mengapa. Pengakuan itu kadang diperlukan. Hingga setiap individu berlomba untuk memperolehnya. Bahkan terhadap yang tak pernah dilakukannya pun, yang terkadang hanya karena sebuah tombol suka di media sosial.
Kegagalan untuk mengkarsa yang baru, menjadikan kebekuan berpikir itu berkelanjutan. Lalu dengan pelabelan, mulailah politik klaim berjalan. Demi apalah, yang penting dipandang eksis dalam kotak yang rapuh ini.
Menjadi penting untuk terus menebarkan klaim. Agar kemudian semakin berkibar tinggi bendera kemerdekaan bernarsisme. Lalu kemudian berupaya menindihkan yang telah berjalan. Dan lalu menjadi layukan titik persinggahan selanjutnya.
Ada banyak cara untuk mengintrusi. Pun dalam ruang mengemukakan sebuah karya. Ketika kata berani untuk tampil itu tiada, maka ketika yang lain bermunculan, lalu mulailah mahalabiu dilakukan.
“Ikam tahukah…” Kalimat pembuka yang sederhana. Membuka ruang cerita tanpa akhir. Titik tera keseimbangan pun menjadi tiada. Lalu mulai menginjak agar menjadi yang tertinggi.
Diam itu bukanlah emas. Namun menjadi narsis bukanlah pilihan yang sebaiknya. Tetaplah berada dalam dinamika ruang kehelisahan, agar tetap karya, karsa dan cipta bertaburan. Dan tak perlu khawatir untuk tak dikenang, karena kenangan hanyalah masa lampau.
Percikan semangat yang sudah ditebarkan, jembatan yang telah dibangunkan, hingga secercah cahaya temaram, biarlah mereka tetap terus berkehidupan. Selalu akan ada telunjuk yang mengarah, dalam ruang kehampanya.
Related
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
aksi alam banjir banjirsmr belajar budaya bukadata cerita kota ekonomi enterpreneurship hutan ide informasi publik internet kampus kebebasan berekspresi keterbukaan informasi konservasi kopi kota cerdas mahakam media sosial mesin pencari musrenbang next pantjasila pendidikan permainan perubahan iklim pokemon politik praktik privasi PrivasiKita REDD safenet samarinda sampah smart city smartcity startup tambang teori UU ITE wirausaha
Leave a Reply