PertamaX
“PERTAMAX” dan “PAGE ONE” merupakan sebuah halnyang membanggakan bagi komentator kaskuser. Pun juga HT atau “HOT THREAD” bagi pengunggah informasi. Dan memang, menjadi perintis ataupun pendahulu, bakal tercatat dalam buku sejarah.
Demikian ketika sebuah startup digital dipublikasi dengan didampingi Pemerintah Kota, label pertama ditasbihkan. Pun bisa jadi ini bukanlah pertamax bahkan pageone, karena bisnis berbasis digital telah tumbuh sebelumnya di kota ini.
Era internet dimulai di #Samarinda dengan bermulanya hadir jaringan tersebut via jaringan telekom. Sebuah NGO bernama PLASMA, yang baru bangkit dari mati surinya, termasuk generasi pertama yang menggunakan akses internet di Samarinda. Baru setelah hadirnya MegaNet, oleh PT Mitra Media Maya, yang disusul dengan keberadaan WasantaraNet, milik POS Indonesia, pengguna internet mulai bertumbuh di kota ini.
Sosialisasi penggunaan internet selalu dikumandangkan oleh pemilik MegaNet, Alm. Sandjaja Kosasih (Sanko), hingga terus meluas pertumbuhan Warung Internet (Warnet). Lalu mulailah terbentuk Asosiasi Warnet Indonesia (AWARI) Samarinda. Pada sisi perguruan tinggi, justru Fakultas Kehutanan Unmul yang gencar melakukan pelatihan penggunaan internet ke mahasiswa dan publik. Ini pun linier dengan pada pegiat internet yang didominasi oleh civitas akademika Fahutan Unmul.
Generasi media sosial mulai bertumbuh. Setelah generasi Apa Kabar, di Samarinda mulai lahir KaltimNet dan UnmulNet, dua mailing-list yang banyak mempertemukan pemikiran tentang Samarinda dan Kaltim, pun terhadap perkembangan penggunaan internet. Generasi berikutnya, setelah Netizen Samarinda mulai berkumpul di eSamarinda.com, sebuah forum yang dibangun oleh pegiat IT Samarinda. Forum ini merupakan startup awal, walau masih belum terlalu sukses menemukan model bisnisnya, hingga saat ini menjadi meredup.
Generasi IT Samarinda mulai kembali menggeliat dengan berkumpulnya akademisi IT, oleh Diskominfo Kaltim, yang saat itu difasilitasi Kabid, Ibu Tri Murti, melalui penilaian eGovernment Kaltim. Ragam profesi berkumpul, pengusaha, akademisi, NGO, dalam mendiskusikan dan membantu Pemprov dalam meningkatkan penggunaan internet. Kemudian dibentuklah Borneo Cyber Community. Kelompok ini berkumpul hanya gegara kripik singkong Sidomulyo. Dan lahir Grand Design TIK Kaltim tahun 2008, serta melakukan pelatihan untuk penggunaan Kantor Maya (kantaya) pada 56 SKPD Provinsi, dan mendorog penggunan email kaltimprov.go.id dan rapat online. Walaupun kemudian tak terlalu dimanfaatkan oleh aparatur Pemprov Kaltim. Karya lain kelompok ini adalah mengaktifkan server Pemprov yang ditinggal providernya dalam keadaan terkunci, membangun jaringan intranet antar SKPD, dan menyelenggarakan Pesta Blogger chapter Kaltim di Samarinda, yang merukapan pesta blogger lokal terbanyak pesertanya saat itu.
Di sisi lain, SMK TI Airlangga, dikomandani M Adriyanto, menggulirkan wadah mgobrol tentang teknologi informasi di halaman sekolahnya, dengan tajuk Samarinda Cyber Community Night. Dari SCCN inilah kemudian bertemu lebih banyak pegiat IT dan kelompok Open Souce Samarinda.
Dua pengembang aplikasi media sosial Samarinda juga pernah menghadirkan aplikasi yang luar biasa di kota ini. Ada sosialkita dan studlr, karya siswa SMK N 7 Samarinda. Tak banyak yang mengetahui keberadaannya, dan tak ada support memadai pada kedua anak muda yang sekarang sudah berkarya di tanah Java sebagai programmer profesional.
Era berikutnya adalah generasi Twitter Samarinda. Ragam komunitas online tumbuh, mulai dari fan based, hingga turunan dari kelompok nasional. Satu moment yang mulai mempertemukan adalah Blog Action Day 2012, dimana Samarinda merupakan pendukung event internasional itu dengan jumlah cukup banyak. Pada tahun yang sama, Samarinda mencatatkan dalam Rekor MURI sebagai kota dengan ngeblog bersamaan terbanyak, dan tahun berikutnya juga memperoleh rekor MURI sebagai kota dengan penginstall Linux terbanyak.
TEDx Tepian juga menjadi event yang terlaksana beraeal dari komunikasi online, lebih dari 400 peserta hadir, dengan dukungan banyak pihak. Event Earth Hour Samarinda juga merupakan event Earth Hour di Indonesia dengan peserta offline terbanyak dibanding kota lain di Indonesia saat itu. Dari perbincangan twitter juga kemudian Ellie Hasan menggagas hadirnya Galeri Samarinda Bahari.
Generasi Netizen Samarinda kemudian mulai beralih ke Group Bubuhan Samarinda. Group FB yang awalnya digagas Paluh Limbuy sebagai media marketing online ini, pada generasi berikutnya menjadi sumber informasi utama bagi netizen terhadap kejadian di Samarinda. Berulang kalo group ini disuspend oleh FB, namun kemudian kembali hidup dan tumbuh. Bahkan saat ini terdapat ragam group dengan judul Busam atau Bubuhan Samarinda, yang juga label ini digunakan pada beberapa usaha, utamanya kuliner. Di luar ini, banyak group FB yang juga mengabarkan Samarinda, mulai obrolan ringan sampai politik, maupun group mengenang masa lalu.
Fase lain yang menarik adalah kehadiran Undas.co, startup berita, yang menjadi media online dengan gaya ringan dan mendekatkan Samarinda. Lalu mulai hadir PesanBungkus.com yang merupakan startup delivery. Bertumbuhnya ini juga diiringi dengan hadirnya Samarinda Startup Community atau Forum Programmer Samarinda.
Prestasi warga kota ini pun luar biasa. Mulai dari kerapnya siswa vokasi IT yang memenangi event LKS nasional, personal maupun kelompok jaringan yang memenangi event hacking, mauoun event game online, hingga Taman Bercerita yang memenangi event Open Government Initiative #SOLUSIMU.
Hanya, kota ini belum membangun ekosistem IT yang baik. Warnet dan Game Online harus menerima ragam aturan dan menerima label tak positif. Padahal dalam ranah eSport, Samarinda termasuk yang diperhitungkan di nasional dan interasional.
Samarinda kini mendeklarasikan sedang menuju SMARTCITY atau Kota Cerdas. TIK merupakan tulang punggung kehadiran smartcity. Walaupun sudah sejak lama hadirnya ATCS Samarinda dan mulai aktifnya SIKDA dan ragam aplikasi pemerinahan lainnya, namun peta jalan kota cerdas belum pernah diperbincangkan. Kehadiran Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Samarinda sebagai OPD yang akhirnya berpisah, diharapkan menjadi awal untuk mendudukkan arah kota cerdas. Dan hal utama dalam Smart City bukanlah pada aplikasi mobile semata, namun pencapaian 6 pilarnya. Hingga, menjadi penting bagi 6 pilar kota cerdas untuk menemukan arahnya, dan TIK menjadi penopang dan penguatnya. Bukan dibalik. #GituSih
Related
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
aksi alam banjir banjirsmr belajar budaya bukadata cerita kota ekonomi enterpreneurship hutan ide informasi publik internet kampus kebebasan berekspresi keterbukaan informasi konservasi kopi kota cerdas mahakam media sosial mesin pencari musrenbang next pantjasila pendidikan permainan perubahan iklim pokemon politik praktik privasi PrivasiKita REDD safenet samarinda sampah smart city smartcity startup tambang teori UU ITE wirausaha
Leave a Reply