SamarindaMart: Membaca Arah Smart Economy Samarinda
Salah satu pilar menuju #SmartCity adalah pertumbuhan ecommerce yang membaik, utamanya terhadap usaha kecil, mikro dan menengah UMKM. Pemkot #Samarinda menyatakan telah berkolaborasi dengan sebuah perbankan untuk meluncurkan portal ecommerce bertajuk #SamarindaMart. Selain juga telah ada Rumah Kreatif BUMN dibawah perusahaan telekomunikasi, yang mengumpulkan UMKM dalam pembinaannya. Tentu ini dapat menjadi penguat pilar menuju #KotaCerdas, bila memang tepat strategi dan langkah yang akan dilakukan.
Tak ada jumlah yang pasti terkait jumlah UMKM di Samarinda. Pada tahun 2011, disebutkan terdapat 26.279 pelaku usaha. Dan di tahun 2015 terdapat 3.383 Ijin UMKM diterbitkan. DI tahun 2016 terdapat 36.124 UMKM dengan 7.294 ijin yang dikeluarkan dari Januari hingga April 2016. Pun telah terdapat 4 kampung digital di Samarinda. Sementara dana bergulir pun menjadi temuan BPK.
SamarindaMart diharapkan menjadi pendorong untuk pertumbuhan UMKM 2.0, dimana UMKM diharapkan dapat mengisi pasar online, dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai jembatan untuk menemukannya. Di wilayah lain, menjelang lebaran ini, terbersit kabar sebuah ritel besar yang juga berbasis UMKM di negara asalnya, akan menutup layanannya karena ketidakmampuan memenuhi target yang telah ditetapkan [1] [2]. Sementara layanan digital sebuah marketplace juga telah mengubah model bisnisnya. Dua situasi ini menunjukkan bahwa persaingan dalam industri ritel digital bukanlah sesederhana yang dibayangkan. Ketika kemudian Pemkot Samarinda memilih untuk mengembangkan platform baru, maka perlu 5-10 tahun untuk membangun kolam agar kemudian platform tersebut menemukan titik terbaiknya.
Bila membaca pembelajaran proses pendampingan UMKM Samarinda saat ini [3] [4] [5] [6], bahwa ada tiga hal yang selalu menjadi titik pendampingan, yaitu kapasitas organisasi dan staf, akses terhadap modal dan akses terhadap pasar. Sementara telah ada tindakan yang diambil oleh swasta untuk mendorong pertumbuhan pada marketplace, seperti MatahariMall, Tokopedia, BukaLapak dan ragam marketplace lainnya. Belajar dari perjalanan #SarungSamarinda juga menjadi menarik, untuk mempertemukan model bisnis baru produk lokal kota ini. Perdagangan online Warganet Samarinda sendiri masih didominasi pada penggunaan media Facebook Groups sebagai media promosi, dan dilanjutkan dengan komunikasi privat antara calon pembeli dengan penjual melalu ragam media sosial komunikasi.
Ketika masuk pada perdagangan digital, maka harus mulai ditemukan uniqueness dari marketplace yang ingin dibangun. Ada ragam teori berkaitan ini [7] [8] [9]. Pun dalam memasarkan produk, dibutuhkan energi lebih, agar kemudian dapat menemukan pasar yang tepat. Artinya kemudian, mengembangkan sebuah marketplace dan memasarkan produk lokal kepada pasar yang tepat membutuhkan pengetahuan dan keahlian yang tepat dalam melakukannya, dan tentunya terencana dan berdisiplin dengan rencana. SamarindaMart tentunya membutuhkan banyak energi, bila tetap ingin dikembangkan. Dan memerlukan penemuan keunikan marketplace ini, agar kemudian dapat bertemu dengan pasar yang tepat.
Saia memposisikan pada hal yang mendasar dalam melahirkan produk yang memiliki keunikan dan kedekatan dengan kota. Produk yang dihasilkan tentunya bukanlah semata produk baru, namun produk yang memberikan nilai pada konsumennya. Membangun brand produk lokal, tentunya tak terlalu sukar bilamana ada pendanaan yang cukup untuk melakukan promosi konvensional. Namun selalu ada cara berbeda untuk melekatkan wajah kota pada produk. Namun yang terpenting adalah bagaimana kualitas dan nilai dari produk benar-benar mendekatkan konsumen pada kota.
Pada diskusi produk yang dikelola oleh kawan, saia selalu memberikan pertanyaan sederhana, apa sih sebenarnya produkmu itu? Apa yang membuat pembeli merasa penting untuk membeli produk itu dibandingkan produk lain? Tentunya ini tak bisa dilakukan dengan mengandalkan asumsi semata. Butuh sebuah riset kecil untuk menemukannya. Pun ketika mempertemukan dengan konsumen yang tepat, agar mereka mengisi kolam yang dibangun, membutuhkan kajian kecil, yang tak perlu berbiaya mahal tentunya. Kegagalan pertama menemukan nilai produk adalah asumsi yang dibangun tanpa melibatkan pendapat calon pelanggan. Ketika sudah menemukan dua kunci ini, maka dapat melangkah pada tahapan selanjutnya, mengembangkan strategi menjangkau pelanggan setia.
Ketika membaca perkembangan eCommerce dan marketplace, maka strategi mengembangkan marketplace baru menjadi kurang tepat untuk saat ini. Langkah pendek yang bisa dilakukan adalah membelajarkan pelaku usaha pada pengembangan model bisnisnya yang baru. Membuka cara pandang baru dalam berlaku bisnis dan mengurangi ketergantungan pada pemerintah, menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Dan pada sisi ini sebenarnya pemerintah bisa mengambil perannya, menjadi kawan berdiskusi dan menguatkan tanpa membangun ketergantungan.
Saia lebih melihat potensi marketplace yang sudah ada dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu pendek. Ini untuk menguatkan UMKM pada periode transisi menuju UMKM 3.0. Setelah UMKM telah memiliki pengetahuan bisnis baru, maka marketplace dapat dikembangkan. Pun ada yang berpendapat bahwa dengan adanya marketplace baru, maka akan terbangun kolam yang baru. Namun dengan kondisi 3 tahun ini, maka sebaiknya investasi dialihkan pada hal yang bisa mempersiapkan bangunan kolam yang lebih kuat, melalui penguatan habit pebisnisnya.
Bila dalam RPJMD Kota Samarinda ditargetkan 40 wirausahawan muda, maka menjadi penting meningkatkan target lahirnya 4.000 wirausahawan muda pada akhir periode RPJMD (2021). Proses ini bisa dilalui dengan pendidikan startup pada pendidikan menengah dan tinggi, serta membangun kanal inkubasi bisnis yang terstruktur. Pun menjadi penting untuk menyiapkan regulasi yang tak menyulitkan, serta infrastruktur yang mendukung. Kalaupun kemudian disebutkan akan terjadi defisit anggaran hingga akhir periode RPJMD, maka inovasi yang penting dilakukan adalah memetakan dukungan dan mengarahkan dukungan pada strategi yang dipilih. Potensi dari perbankan dan BUMN/D dapat diarahkan pada strategi dan langkah yang dibangun, dengan mempertemukan target pendukung dengan target pembangunan ekonomi UMKM kota.
Mewujudkan #SmartEconomi di kota ini memang tak mudah. Tugas terberat adalah mengubah perilaku. Dan ini sangat mungkin diwujudkan dalam jangka pendek, melalui kepemimpinan yang akuntabel. Proses-proses yang terbuka dan menyatukan kepentingan para pihak, tentunya akan meningkatkan kepercayaan dan berujung pada peningkatan produktivitas dan peningkatan ekonomi rumah tangga. #GituSih
ps: Secara lebih detail, langkah menuju ini akan diuraikan pada waktu kemudian. Itupun kalau masih ada waktu #uhuk
Related
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
aksi alam banjir banjirsmr belajar budaya bukadata cerita kota ekonomi enterpreneurship hutan ide informasi publik internet kampus kebebasan berekspresi keterbukaan informasi konservasi kopi kota cerdas mahakam media sosial mesin pencari musrenbang next pantjasila pendidikan permainan perubahan iklim pokemon politik praktik privasi PrivasiKita REDD safenet samarinda sampah smart city smartcity startup tambang teori UU ITE wirausaha
Leave a Reply