“Tak perlu khawatir, kami percaya, tanpa didampingi pun Kaltim akan melakukan,” ungkapan seorang staf kementerian ketika berbincang tentang program perubahan iklim. Perekonomian Kaltim yang mengalami keterpurukan, sepertinya sedang berupaya bangkit. Kaltim yang sejak periode pertempuran, menjadi wadah untuk menguras kekayaan alam yang ada di kerak buminya. Pertambangan minyak bumi dan batubara telah berlangsung sejak penjelajah Belanda menemukan titik-titik eksplorasi. Vereenigde Oostindische Compagnie sangat bergantung pada produksi minyak bumi dan batubara Kaltim. Pada periode pasca kemerdekaan pun, Kaltim kembali menjadi wadah penghisapan.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kaltim (diolah dari data BI Kaltim dan BPS Kaltim, 2017)
Era kayu, dimana terjadi “banjir kap” yang disertai dengan puluhan perusahaan kehutanan milik penguasa menebang pepohonan di sepanjang Mahakam dan aliran sungai lainnya, telah menyisakan remah-remah industri kayu, dimana sebagian besar pabrik kayu harus menghentikan produksinya, sehingga meninggalkan besi tua dan puluhan ribu pekerja yang diputuskan hubungan kerjanya. Periode berikutnya merupakan periode kejayaan minyak bumi dan gas alam, yang saat ini mulai menyusut cadangannya, hingga beberapa ladang mulai dialihkan ke perusahaan negara. Pun periode industri kebun kayu dan kebun sawit, yang memperluas penguasaan lahan oleh pengusaha, hingga dilanjutkan dengan periode batubara, yang akhirnya memastikan Kaltim mengalami keterpurukan ekonomi, hingga masuk pada angka pertumbuhan negatif.
Walaupun kemudian, terlihat pertumbuhan kembali ekonomi, yang ditopang oleh kelompok usaha mikro dan kecil, yang mempertahankan dinamika ekonomi lokal. Kembali setelah kemerosotan ekonomi di 1996-1999, saat 2013-2016 ini pun kemerosotan ekonomi dapat diperlambat oleh kemapanan usaha mikro dan kecil. Ini menunjukkan bahwa fasilitasi pemerintah terhadap usaha besar merupakan pilihan yang tidak tepat, apalagi kemudian usaha industri tersebut telah menguasai lahan yang tidak sedikit. Lahan-lahan produktif warga pun tidak sedikut yang menghilang, angka kehilangan 12 ribu hektare sawah setiap tahun, menjadi sebuah catatan penting bagi provinsi ini.
Kalimantan Timur merupakan provinsi kaya. Itu fatamorgana. Perputaran ekonomi lokal tidak begitu besar dari industri yang dibangun. Hampir sebagian besar pendapatan negara sektor batubara, minyak bumi, gas alam, hingga kayu dan kelapa sawit, diserahkan kepada pemerintah pusat, baru kemudian dibagi lagi sedikit ke Kaltim. Sektor yang justru menghidupi provinsi ini secara langsung adalah sektor jasa, makanan dan penginapan. Yang bisa jadi karena adanya industri besar, namun kemudian itu terbantahkan, karena sektor ini tidak menurun ketika industri besar menurun.
Sebaran Kekayaan Kaltim
Kekayaan Kaltim bila dikelola dengan benar, akan memberikan kemanfaatan bersama bagi provinsi ini, dan juga nusantara. Ada 3 (tiga) hal penting yang harus dilakukan pemimpin Kaltim mendatang, yaitu:
Lalu, bagaimana kepemimpinan itu dilakukan? Sekarang sudah diperlukan pemimpin zaman now, dimana tidak sekadar berebut menjadi pemimpin lalu berupaya mengisi pundi, namun yang punya perspektif kepemimpinan berbasis teknologi dan kewirausahaan. Dan pemimpin masa datang pun harus mampu mencari, bukan menunggu, investor. Artinya, harus siap dengan rencana bisnis skala lanskap dan memiliki pedoman agar menjalankannya dengan menurunkan risiko.
#Kaltim2030: Pemimpin Zaman Now
Bagian lain yang penting adalah mempersiapkan generasi wirausaha melalui pendidikan menengah vokasi yang berbasis potensi lokal. Generasi ini harus belajar sejak di pendidikan dan difasilitasi untuk pengembangan pasca menyelesaikan pendidikan. Pasca itu juga dapat dilanjutkan pada pendidikan tinggi vokasi, yang tetap memastikan pengelolaan potensi lokal di dalam berusaha. Pemerintah melakukan fasilitasi melalui technopreneurship dan inkubator bisnis, yang ditempatkan pada tiap kecamatan. Kapasitas pekerja pun dinaikan, sesuai dengan kompentensi internasional, yang diaplikasikan pada industri yang berkonten lokal.
#Kaltim2030 bukan semata menempatkan angka pada tahun 2030. Pun bukan karena nationally determined contribution diletakkan pada tahun tersebut. Namun lebih dari itu, ini adalah angka yang menarik untuk melakukan transformasi kepeminpinan, dari era kepemimpinan 2.0 menjadi era kepemimpinan 3.0. Kepemimpinan semantik, dimana terbangun pola relasi yang utuh antara warga, industri, investor dan pelayan publik (pemerintah), melalui pemanfaatan teknologi informatika dan komunikasi, sehingga terbangun pemerintahan yang aspiratif, kolaboratif, terbuka dan akuntabel.
Namun ketika pola memilih pemimpin masih tetap sama, hanya bersandar pada popularitas sebagaimana ajang idol-idolan, maka lupakanlah gagasan ini. Gagasan ini hanya bisa berwujud bilamana partai politik sudah mewujud pada partai politik modern, dan kekuatan modal sudah tak lagi berupaya menanamkan modal pada pemimpin wilayah. #Kaltim2030 merupakan sebuah gerak-gerik semata. Gagasan yang hadir untuk dilupakan. #GituSih.
M | T | W | T | F | S | S |
---|---|---|---|---|---|---|
« Feb | ||||||
1 | ||||||
2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 |
16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 |
23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 |
30 |
Leave a Reply