#Kaltim2030: Membaca Titik Balik Provinsi Kaya
“Tak perlu khawatir, kami percaya, tanpa didampingi pun Kaltim akan melakukan,” ungkapan seorang staf kementerian ketika berbincang tentang program perubahan iklim. Perekonomian Kaltim yang mengalami keterpurukan, sepertinya sedang berupaya bangkit. Kaltim yang sejak periode pertempuran, menjadi wadah untuk menguras kekayaan alam yang ada di kerak buminya. Pertambangan minyak bumi dan batubara telah berlangsung sejak penjelajah Belanda menemukan titik-titik eksplorasi. Vereenigde Oostindische Compagnie sangat bergantung pada produksi minyak bumi dan batubara Kaltim. Pada periode pasca kemerdekaan pun, Kaltim kembali menjadi wadah penghisapan.
Era kayu, dimana terjadi “banjir kap” yang disertai dengan puluhan perusahaan kehutanan milik penguasa menebang pepohonan di sepanjang Mahakam dan aliran sungai lainnya, telah menyisakan remah-remah industri kayu, dimana sebagian besar pabrik kayu harus menghentikan produksinya, sehingga meninggalkan besi tua dan puluhan ribu pekerja yang diputuskan hubungan kerjanya. Periode berikutnya merupakan periode kejayaan minyak bumi dan gas alam, yang saat ini mulai menyusut cadangannya, hingga beberapa ladang mulai dialihkan ke perusahaan negara. Pun periode industri kebun kayu dan kebun sawit, yang memperluas penguasaan lahan oleh pengusaha, hingga dilanjutkan dengan periode batubara, yang akhirnya memastikan Kaltim mengalami keterpurukan ekonomi, hingga masuk pada angka pertumbuhan negatif.
Walaupun kemudian, terlihat pertumbuhan kembali ekonomi, yang ditopang oleh kelompok usaha mikro dan kecil, yang mempertahankan dinamika ekonomi lokal. Kembali setelah kemerosotan ekonomi di 1996-1999, saat 2013-2016 ini pun kemerosotan ekonomi dapat diperlambat oleh kemapanan usaha mikro dan kecil. Ini menunjukkan bahwa fasilitasi pemerintah terhadap usaha besar merupakan pilihan yang tidak tepat, apalagi kemudian usaha industri tersebut telah menguasai lahan yang tidak sedikit. Lahan-lahan produktif warga pun tidak sedikut yang menghilang, angka kehilangan 12 ribu hektare sawah setiap tahun, menjadi sebuah catatan penting bagi provinsi ini.
Kalimantan Timur merupakan provinsi kaya. Itu fatamorgana. Perputaran ekonomi lokal tidak begitu besar dari industri yang dibangun. Hampir sebagian besar pendapatan negara sektor batubara, minyak bumi, gas alam, hingga kayu dan kelapa sawit, diserahkan kepada pemerintah pusat, baru kemudian dibagi lagi sedikit ke Kaltim. Sektor yang justru menghidupi provinsi ini secara langsung adalah sektor jasa, makanan dan penginapan. Yang bisa jadi karena adanya industri besar, namun kemudian itu terbantahkan, karena sektor ini tidak menurun ketika industri besar menurun.
Kekayaan Kaltim bila dikelola dengan benar, akan memberikan kemanfaatan bersama bagi provinsi ini, dan juga nusantara. Ada 3 (tiga) hal penting yang harus dilakukan pemimpin Kaltim mendatang, yaitu:
- Membangun industri hilir berkeadilan. Kekayaan alam Kaltim hingga saat ini masih belum menghasilkan sebuah produk hilir yang memadai. Produk hutan berupa kayu, keluar hanya dalam bentuk kayu gelondongan (log) ataupun plywood, padahal nilai tambah lebih besar ketika sudah menjadi produk hilir berupa furniture ataupun rumah prefab. Produk kebun karet dan kelapa sawit, hingga saat ini hanya sampai pada brown sheet rubber ataupun crude palm-oil. Belum ada inisiatif untuk menurunkannya hingga produk ban ataupun minyak goreng. Pun pada komoditi lainnya, cara pikirnya hanya pada memfasilitasi ketersediaan lahan, bukan pula mendorong kelahiran industri hilir berkualitas. Dan menariknya, di Kaltim begitu banyak Perusahaan Daerah, yang entah mengelola dan menghasilkan apa, namun bila dikelola dengan benar, pastinya akan dapat melakukan pengelolaan komoditi yang tepat, dengan model industrialisasi lokal yang menyertakan warga dan pekerja sebagai pemilik saham dalam industri yang dibangun.
- Mempercepat redistribusi lahan produktif. Sangat jelas bahwa tipe tanah Kalimantan ini merupakan tanah yang miskin hara, sehingga model pertanian yang dikembangkan pun bukan serupa dengan tanah Jawa ataupun Sumatera. Pertanian tradisional Kalimantan telah mengalami evolusi ratusan tahun, hingga menemukan formula “pengistirahatan” lahan untuk kepentingan pengembalian kualitas tanah. Lalu kemudian, kehadiran industri “rakus” lahan telah memotong rantai produktifitas lahan warga. Pun keuntungan cepat sesaat bagi sebagian kecil kelompok dan golongan, telah meniadakan cara pikir jangka panjang untuk ketahanan kehidupan warga provinsi ini. Kerentanan pangan perlu menjadi prioritas, dan ini hanya bisa dijawab dengan teknologi pertanian tradisional yang dimodifikasi. Sebuah perencanaan komoditi terintegrasi, serta mempertimbangkan daur hidrologi dan hara tanah, menjadi pekerjaan yang perlu dilakukan. Memastikan bahwa dengan bersandar pada pertanian, yang sebenarnya dan bukan sekadar jargon, akan menghasilkan peningkatan kesejahteraan, dimana pun perlu ditopang oleh industri hilir yang tepat.
- Menjaga keberlanjutan aset alam. Kekayaan alam Kaltim sangat perlu dipertahankan untuk jangka panjang. Walaupun sudah ada ragam inisiatif, mulai dari Kaltim Green, Jantung Borneo, Karbon Hutan, Blue Carbon, Green Growth Compact, atau apalah lagi namanya, masih menjadi pekerjaan panjang untuk memastikan bahwa benar-benar terjadi perlindungan terhadap aset alam provinsi ini. Kawasan dilindungi merupakan tabungan masa datang, baik untuk ekonomi langsung, cadangan pangan ketika krisis, maupun deposito genetik. Kepemimpinan lingkungan hidup menjadi poros utama di dalam memastikan kesejahteraan bersama di provinsi ini.
Lalu, bagaimana kepemimpinan itu dilakukan? Sekarang sudah diperlukan pemimpin zaman now, dimana tidak sekadar berebut menjadi pemimpin lalu berupaya mengisi pundi, namun yang punya perspektif kepemimpinan berbasis teknologi dan kewirausahaan. Dan pemimpin masa datang pun harus mampu mencari, bukan menunggu, investor. Artinya, harus siap dengan rencana bisnis skala lanskap dan memiliki pedoman agar menjalankannya dengan menurunkan risiko.
Bagian lain yang penting adalah mempersiapkan generasi wirausaha melalui pendidikan menengah vokasi yang berbasis potensi lokal. Generasi ini harus belajar sejak di pendidikan dan difasilitasi untuk pengembangan pasca menyelesaikan pendidikan. Pasca itu juga dapat dilanjutkan pada pendidikan tinggi vokasi, yang tetap memastikan pengelolaan potensi lokal di dalam berusaha. Pemerintah melakukan fasilitasi melalui technopreneurship dan inkubator bisnis, yang ditempatkan pada tiap kecamatan. Kapasitas pekerja pun dinaikan, sesuai dengan kompentensi internasional, yang diaplikasikan pada industri yang berkonten lokal.
#Kaltim2030 bukan semata menempatkan angka pada tahun 2030. Pun bukan karena nationally determined contribution diletakkan pada tahun tersebut. Namun lebih dari itu, ini adalah angka yang menarik untuk melakukan transformasi kepeminpinan, dari era kepemimpinan 2.0 menjadi era kepemimpinan 3.0. Kepemimpinan semantik, dimana terbangun pola relasi yang utuh antara warga, industri, investor dan pelayan publik (pemerintah), melalui pemanfaatan teknologi informatika dan komunikasi, sehingga terbangun pemerintahan yang aspiratif, kolaboratif, terbuka dan akuntabel.
Namun ketika pola memilih pemimpin masih tetap sama, hanya bersandar pada popularitas sebagaimana ajang idol-idolan, maka lupakanlah gagasan ini. Gagasan ini hanya bisa berwujud bilamana partai politik sudah mewujud pada partai politik modern, dan kekuatan modal sudah tak lagi berupaya menanamkan modal pada pemimpin wilayah. #Kaltim2030 merupakan sebuah gerak-gerik semata. Gagasan yang hadir untuk dilupakan. #GituSih.
Related
Industri Hilir
Ada sebuah kata kunci pencarian yang mencungul "Mengapa Kaltim tidak mengolah sendiri hasil perkebunannya?". Mungkin ini jadi pertanyaan yang paling tidak sering diajukan. Kaltim masih sangat melimpah sumber daya alam langsung yang dapat menghasilkan uang dengan lebih cepat. "Ngapain sibuk-sibuk mengolah kalau bisa dapat uang secara langsung?" Pertanyaan pernyataan ini…
In "imagi"
no blank spot
"Kaltim No Blank Spot 2018" begitulah slogan yang diletakkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur dalam beragam acara yang mereka gelar. Di tahun 2015, sekitar 2 miliar rupiah disiapkan untuk membangun 9 tower telekomunikasi. Entah apakah kemudian target menghilangkan blank spot itu akan tercapai di tiga tahun mendatang,…
In "imagi"
Membaca Politik Ruang
Proses panjang sudah dilalui, hingga kemudian lahir Perda Kaltim No. 1 tahun 2016. Setelah lebih dari sepuluh tahun provinsi ini tidak memiliki acuan dalam menentukan ruang. Ini bukan hasil yang terbaik, dan juga bukan hasil yang baik, namun ini jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang ada sebelumnya. Walaupun kemudian…
In "mahalabiu"
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
aksi alam banjir banjirsmr belajar budaya bukadata cerita kota ekonomi enterpreneurship hutan ide informasi publik internet kampus kebebasan berekspresi keterbukaan informasi konservasi kopi kota cerdas mahakam media sosial mesin pencari musrenbang next pantjasila pendidikan permainan perubahan iklim pokemon politik praktik privasi PrivasiKita REDD safenet samarinda sampah smart city smartcity startup tambang teori UU ITE wirausaha
Leave a Reply